Geology by Dumbass #1: Where's our place in this massive universe?

Daripada isi platform ini nantinya hanya quotes nggak nyambung, tulisan-tulisan tidak penting (buat lo), marah-marah, atau nyindir-/nyinyir-in orang, lebih baik gue bicara tentang hal yang menjadi keahlian gue (sebenarnya tidak ahli-ahli amat) yakni Geology. Mari kita namai saja rubrik ini “Geology by Dumbass” sebagai bentuk amatir dari buku “Geology for Dummies”-nya Alecia Spooner. (What? you don`t get the joke?)
Sebelumnya gue mohon maaf apabila kita tidak berbicara terlalu dalam di rubrik ini. Sebetulnya gue tidak keberatan, I can talk and write about this for hours. Tapi demi menghargai waktu pembaca sekalian, kita akan membahas sekilas saja, yang ringan-ringan saja. Semoga apa yang kita bicarakan, melengkapi puzzle yang barangkali selama ini belum utuh. So, here we go..
ㅗㅗㅗ
Studi mengenai ruang dan waktu (space and time) telah lama menjadi subjek yang diperdebatkan fisikawan. Dalam hal ruang, adalah penting bagi kita memahami bagaimana bisa kita ada disini sekarang, bagaimana alam semesta ini terbentuk menurut teori paling mutakhir, meliputi pula planet yang kita pijak, dan tentu saja PR teman yang kita jiplak. #rimanyabagus
Konon, bentuk alam semesta menyerupai balon yang mengembang; terus membesar. Per hari ini, teleskop paling canggih umat manusia, Hubble Telescope, belum sanggup melihat tepi alam semesta, sebagaimana kita belum sanggup melihat tepi bumi yang katanya sih ada di Antartika (?)
Entahlah jika JWST (James Webb Space Telescope) beroperasi tahun 2021 nanti, apakah teleskop suksesor Hubble itu punya penglihatan yang jauh lebih mumpuni? Tentu saja lebih mumpuni dari kakaknya Hubble, tapi apakah cukup mumpuni untuk melihat perkampungan kumuh di pinggiran alam semesta? Kita akan lihat nanti.
Ada 2 teori yang paling terkenal mengenai pembentukan alam semesta.
Teori pertama yaitu teori ekspansi dan kontraksi. Menurut teori ini, alam semesta mengalami siklus ekspansi (saat terbentuknya galaksi dan bintang-bintangnya) dan kontraksi (saat bintang-bintang meredup). Singkatnya, menurut teori ini, alam semesta tidak berawal dan tidak berakhir.
Teori kedua adalah teori ledakan besar (big bang). Tidak usah melucu itu adalah nama boyband Korea! Teori ini adalah teori yang paling banyak diterima. Menurut doski, pada awalnya ada suatu massa yang luar biasa besar dengan berat jenis yang kecil besar. Akibat adanya reaksi inti, massa tersebut meledak dengan sangat cepat menjauhi pusat ledakan. Setelah milyaran tahun, massa yang berserakan itu membentuk kelompok-kelompok yang akhirnya menjadi galaksi. Kelompok-kelompok itu terus bergerak menjauhi titik pusat yang sama.
Kira-kira seperti ledakan granat lah, tentu saja dalam slow motion.
Mungkin pengetahuan tentang alam semesta ini terlalu keren atau terlalu berat untuk lo ketahui ya, jadi mari kita persempit saja pembahasannya kepada pembentukan tata surya dan planet-planet.

       😏 “Bilang aja lo kekurangan bahan"
Dari jutaan galaksi, umat manusia ditakdirkan menempati Galaksi Bima Sakti Mandraguna (milky way), tepatnya di planet biru berwarna bumi. Maksud gue, bernama bumi. 
Bumi tergabung dalam sebuah organisasi sistem bintang bernama tata surya (solar system) yang dikepalai oleh matahari. Bumi, dan semua member lainnya, thawaf mengelilingi matahari. Bumi tidak punya pilihan lain, matahari "sang kapitalis" yang bangkenya lebih besar berusaha memonopoli gravitasi dan cahaya yang sangat penting bagi kehidupan.
Ada banyak pula teori mengenai keterbentukan tata surya. Seperti Hipotesis Kabut Kant-Lapplace, Teori Planetisimal Chamberlain-Multon, Hipotesis Schmidt, dll. Untuk menghindari kontemplasi yang membuang waktu, mari kita persingkat saja penjelasannya, bahwa tata surya kita awalnya hanya berupa kabut yang memiliki massa tertentu. Adanya massa berarti adanya gaya tarik. Gaya tarik ini membuat material-material kabut tersebut menggumpal dan bergerak mengelilingi massa yang lebih besar, dalam hal ini matahari si kapitalis tadi. Sementara gumpalan yang lebih kecil membentuk planet-planet. Tak ketinggalan, bumi.
Jika masih bersikeras untuk penjelasan lebih lanjut silahkan klik disini.
Long story short, terciptalah bumi berbentuk ellipsoid seperti yang kita kenal hari ini. Bentukan khas dari bumi ini lebih enak jika kita sebut saja sebagai geoid. Sodaraku, mari kita menjadi #thepeopleofscience dengan mempercayai bahwa bumi itu bulat, tidak datar. Lo kate adonan martabak mesir?!?
Jadi, demikian lah posisi kita dalam dimensi ruang di alam semesta yang sangat luas ini.
ㅗㅗㅗ
Sekarang, mari kita bicara posisi kita dalam dimensi waktu.
Ilmuwan menyepakati bahwa usia alam semesta diperkirakan 13,75 ± 0.11 miliar tahun dihitung sejak "granat" itu pertama kali meledak. Bumi sendiri berusia 4,6 miliar tahun. Artinya, ada jeda waktu ~9 milyar tahun bagi debu-debu kosmik untuk berkoagulasi menjadi planet bumi.
Dari 4,6 milyar usia bumi itu, ahli geologi telah membagi-baginya menjadi interval-interval waktu tertentu yang kita kenal hari ini sebagai skala waktu geologi.
Sekitar 87% atau 4 Miliar tahun pertama usia bumi disebut sebagai masa pre-kambrium. Tidak banyak yang bisa dipelajari dari masa ini karena kekurangan data dan bukti-bukti ilmiah.
1 Milyar tahun setelah bumi terbentuk atau 3,6 Milyar tahun lalu, adalah untuk pertama kalinya muncul kehidupan, yaitu berupa organisme bersel satu (mikroba). Selama 3 miliar tahun lebih, bentuk kehidupan ini menguasai bumi.
Sampai kemudian muncul organisme multicellular pertama (ediacaran), dan kita memasuki 650 juta tahun selanjutnya dari usia bumi. Umum dikenal dalam skala waktu geologi sebagai kurun phanerozoikum.
Dalam 650 juta tahun itu, setidaknya bumi telah mengalami 5 kali kepunahan massal (ini ada di instagram gue btw). Jadi, tidak mengherankan jika Elon Musk begitu ngotot ingin mengkolonialisasi Mars. Walaupun sebenarnya Mars juga tidak resistant terhadap kepunahan massal. Namun mengenai visi Musk ini adalah pembicaraan yang lain pula.
Selama 650 juta tahun itu pula, penguasa bumi telah beralih dari satu hewan ke hewan lain, yang juga beriringan dengan evolusi organik. Dimulai dengan zaman soft-bodied fauna, zaman invertebrata, zaman ikan, zaman reptil, zaman mamalia, hingga 10.000 tahun yang lalu muncul penguasa anyar berupa homo sapiens (manusia modern).
Dalam 10.000 tahun itu pula, kehidupan manusia dapat kita bagi kembali menjadi zaman batu, zaman perunggu, dan zaman besi. Tentu ini sudah masuk domain ilmu antropologi. Akan sangat maruk rasanya jika kita juga membicarakan antropologi, mengingat sebelumnya kita telah menyerobot domain astronomi, fisika, sejarah, dan biologi.

       #contohngelesyangelegan
Jangka waktu yang sangat panjang itu, sering dianalogikan dengan 1 tahun. Jika umur bumi itu adalah 1 tahun, maka manusia baru hadir di detik terakhir dari tanggal 31 Desember.
Atau jika kita membentangkan tangan, dan sepanjang bentangan tangan itu adalah usia bumi, maka manusia baru hadir sependek ujung kuku sahaja. Tidak usah diperdebatkan akurasinya..
Dan dalam waktu seujung kuku itu, well sebenarnya baru 500 tahun terakhir, manusia sudah mengembangkan banyak teori dan metode tentang bagaimana membaca sejarah bumi yang telah berusia jutaan bahkan milyaran tahun ini.
Ilmu itulah yang bikin pala gue pusing selama 4 tahun, populer dengan nama geoscience, GEOLOGI.
ㅜㅜㅜ
P.S. Btw kalo ada kata/kalimat yang bergaris bawah/berwarna biru, itu artinya ada link menuju tulisan yang dapat membantu penjelasan ya, neng :)

Komentar